Menikmati Asrinya Kampung Naga--Kampung Adat di Tasikmalaya

 Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat

Kampung Naga adalah kampung adat yang terletak di desa Neglasari, kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya, provinsi Jawa Barat. Mengunjungi Kampung Naga, kita serasa mengunjungi "slow city" di tatar Sunda. Di Kampung Naga, kita bisa menikmati alam yang dijaga oleh tradisi yang kental sekaligus bercengkerama dengan masyarakatnya yang bersahaja. Disinilah saya serasa diingatkan bahwa manusia senantiasa hidup berdampingan dengan alam sehingga sudah seharusnya kita menjaga kelestariannya. 

Untuk berkunjung ke Kampung Naga sendiri cukuplah mudah karena letak gerbang Kampung Naga yang tepat berada di pinggir jalan. Jika kamu menginginkan perjalanan yang nyaman dan cepat, disarankan memilih kendaraan pribadi. Namun bila kamu ingin berpetualang dan mencoba moda transportasi umum, dari terminal Cicaheum Bandung, kamu bisa menggunakan minibus Sonny Prima (saya kurang tahu untuk transportasi dari terminal Leuwi Panjang). Ongkos yang dibanderol dari terminal sampai Kampung Naga adalah Rp.40.000,- (ongkos per tanggal 25 Juli 2017). Bus Sonny Prima sendiri boleh dibilang bukan bus pariwisata. Bus ini tidak dilengkapi dengan AC, namun karena pintu bus yg selalu terbuka, setidaknya kamu tidak akan terlalu merasa kegerahan. Total perjalanan yang ditempuh sampai tujuan kurang lebih tiga jam jika menggunakan kendaraan pribadi. Tapi jika menggunakan bus Sonny Prima, waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar sampai tujuan adalah sekitar lima jam karena bus Sonny Prima ini akan istirahat plus ngetem di terminal Garut selama kurang lebih satu jam. Jadi ada baiknya jika ingin menggunakan moda transportasi ini, kamu sudah memperhitungkan waktu tempuh sehingga tidak merasa dikejar waktu karena boleh dibilang seni menggunakan moda transportasi umum adalah harus siap berkompromi dengan waktu.

Karena Kampung Naga adalah kampung wisata, tidak ada tiket masuk untuk para wisatawan yang hendak berkunjung. Dari gerbang Kampung Naga, wisatawan bisa langsung menyusuri sejumlah 439 anak tangga untuk benar-benar sampai ke area Kampung Naga. Di sepanjang jalan turun, banyak ditemui warung-warung yang menjual makanan dan minuman dengan harga terjangkau yang bisa difungsikan juga sebagai pos peristirahatan ketika lelah menuruni atau menaiki anak tangga. Hal menarik yang saya temukan ketika menuruni anak tangga adalah seorang bapak yang sedang menjemur lukisan jari karyanya. Saya seketika berhenti sejenak karena merasa terpukau dengan karya bapak tersebut. Harga lukisan dengan tiga macam ukuran (kecil, sedang, besar) tersebut tergolong murah. Lukisan kecil dijual dengan harga Rp.5.000,-; sedang Rp.10.000,- dan besar seharga Rp.30.000,-. Saya yang ketika itu memang ada niatan untuk membeli lukisan untuk dekorasi kamar akhirnya membeli satu lukisan kecil dan sedang yang bertemakan Kampung Naga di kala senja dan malam hari.

Lukisan jari bertemakan Kampung Naga
Banyak hal menarik yang dapat ditemui di Kampung Naga. Berikut adalah beberapa diantaranya:

Rumah tradisional

1. Rumah Tradisional 
Total bangunan yang ada di Kampung Naga ada 103 buah. Terdiri dari 100 bangunan rumah dan tiga fasilitas umum (mesjid, balai pertemuan dan lumbung). Tipe rumah disana adalah rumah panggung tanpa cat (warna putih berasal dari kapur) yang beratapkan ijuk. Saya ketika itu diberi kesempatan untuk mengunjungi rumah salah satu warga. Di dalam rumah yang berdindingkan bambu/papan tersebut, hampir tidak ditemui perabotan seperti sofa, kursi atau meja. Tapi hal yang jelas saya rasakan adalah hawa di dalam rumah yang terasa sejuk meskipun saat itu matahari cukup terik. Menurut Pak Ajun sang pemilik rumah, arsitektur rumah dan bahan-bahan yang dipergunakan untuk membangun rumahlah yang menyebabkan rumah terasa adem saat siang hari namun hangat saat malam hari. Untuk penerangan, karena di Kampung Naga tidak ada listrik, maka para warga disana menggunakan lampu tempel.

Foto bagian dalam mesjid  

2. Larangan
Ada beberapa pantangan yang harus diketahui wisatawan ketika berkunjung ke Kampung Naga. Beberapa diantaranya adalah dilarang mengambil gambar area-area tertentu seperti hutan larangan dan Rumah Ageung (rumah pertama yang didirikan) serta dilarang mengunjungi hutan larangan.

Pak Ajun (dengan pose ala model katanya), penduduk Kampung Naga yang berbaik hati memberikan kami kesempatan untuk berkunjung ke rumahnya 

3. Konsep "Berteman dengan Alam"
Saya merasa konsep itu cocok disematkan kepada penduduk Kampung Naga. Penduduk disana benar-benar hidup bergantung pada alam sekitarnya sehingga mereka paham betul bahwa mereka harus menjaga dan melestarikan alam. Bercocok tanam, menangkap ikan atau beternak adalah cara penduduk sekitar memanfaatkan alam untuk hidup meskipun untuk beberapa barang tertentu mereka tetap harus membelinya di luar Kampung Naga. Hal yang membuat saya kagum begitu masuk ke area Kampung Naga adalah banyaknya tempat sampah yang disediakan dalam jarak sekitar lima meter saja. Sayangnya, masih ditemui sampah yang dibuang sembarangan yang kemungkinan di buang oleh wisatawan (Please ya buat kalian yang nanti berkunjung kesana, buanglah sampah pada tempatnya. Seriusan, tempat sampahnya dimana-mana. Kita tamu disana jadi jagalah kebersihan :D )


Sawah milik warga
Sungai tempat warga mencari ikan
   Overall, Kampung Naga adalah tempat untuk rehat sejenak dari hiruk pikuk perkotaan. Tempat yang menunjukkan kepada saya bahwa hal-hal sederhana di sekitar kita bisa begitu menarik asal kita mau berhenti sejenak dan memperhatikan. Selain itu penduduk Kampung Naga adalah mereka yang menginspirasi. Terlepas dari kesederhanaan yang mereka miliki, mereka tetap bertahan untuk menjaga tradisi dan kearifan lokal. Mereka dengan kehidupan mereka yang bersahaja telah mengajari saya bahwa alam adalah "teman hidup" yang membuat mereka bertahan sampai sekarang. Teman inilah yang membuat mereka menjadi manusia yang pandai bersyukur, tidak serakah dan matrealistis. Menurut pandangan saya, merekalah pengusung gerakan "Eco Friendly", "Slow City", dan "Low-stress Environment" sejati. 


PS: Ada beberapa pertanyaan soal boleh tidaknya kita menginap di Kampung Naga, berdasarkan blog yang pernah saya baca, untuk menginap kita harus meminta izin kepada pihak yang berwenang di sana. 








Review: ✯✯✯✯✯

"Akses transportasi mudah dan jalan aksesnya bagus. Tempatnya nyaman, adem, bersih dan tenang. Recommended place buat kamu-kamu yang butuh ketenangan."







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] ETUDE HOUSE : 0.2 Therapy Air Mask (Part 1)

[REVIEW] HOUSE OF HUR: GARDEN GLASS TINT